Monday, April 22, 2013
Tuesday, April 16, 2013
Tuesday, April 9, 2013
Sunday, April 7, 2013
SENYUM ITU INDAH, SENYUM ITU MUDAH
"JALANI HIDUP DENGAN SENYUM"
Dalam kehidupan ini.
Kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti.
Roda kehidupan selalu berputar.
Ada kalanya bahagia dirasa..
Ada kalanya sedih berurai air mata.
Yang dicintai kadang pergi..
Yang didambakan kadang menghilang.
La Tahzan..
Ada Dia yang selalu menatapmu lembut.
Maka dekatkanlah dirimu kepada-Nya..
Niscaya Dia akan mengerti perasaanmu.
Dia Tahu mana yang terbaik untukmu.
Dia tak selalu memberi apa yang engkau inginkan.
Tapi Dia memberi apa yang engkau butuhkan.
Semua yang terjadi juga karena kuasa-Nya. Karena Qudrat-Nya.
Semua yang berjalan sesuai rencana-Nya.. Karena Iradah-Nya.
Tak ada sesuatu pun yang terjadi dengan sendirinya.
Untuk apa engkau resah atas sesuatu yang belum diraih?
Bukankah janji Allah itu pasti?
Dia-ah yang Maha Mengetahui..
Dia yang Maha Memberi.
Memberikan segala sesuatu yang menjadi doamu.
Jika enkau menghitung nikmat Allah..
Niscaya engkau tak akan pernah mampu menghitungnya.
Maka Bersyukurlah..
Hidup terus berjalan.
Meski kadang kenyataan tak seperti yang diharapkan.
Ini sebagian ujian dari-Nya.
Bukankah Dia takkan menguji hamba-Nya melebihi kemampuannya.
Bukankah manusia itu memang diuji untuk mengetahui sejauh mana yang paling bertaqwa kepada-Nya?
Masih banyak diluar sana yang jauh lebih bersedih dan menderita..
Tetaplah istiqamah.
Selalu ada hikmah dibalik kejadian.
Selalu ada kemudahan dibailk kesulitan.
Selalu ada kebahagiaan dibalik kesedihan.
Itu adalah janji-Nya.
InsyaAllah..
Thursday, April 4, 2013
TUGAS ICT, UU ITE
Undang-undang Republik Idonesia
Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
PASAL 49
Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 33, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Isi pasal 33 yakni: setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apa pun yang berakibat terganggunya sistem elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Menurut saya ancaman hukuman yang diberikan kepada siapapun yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 adalah sudah sebanding, karena hukuman 10 tahun ataupun denda maksimal 10 miliar itu sudah termasuk hukuman yang berat, sehingga orang akan menjadi berfikir dua kali jika ingin melakukan tindakan-tindakan sebagaimana dalam pasal 33 yang dapat mengganggu ataupun merugikan orang lain, orang juga tidak bisa semaunya sendiri dengan tanpa hak mencoba untuk mengusik kenyamanan orang-orang yang terlibat dalam dunia elektronik.
Terutama saat ini, sistem elektronik menjadi penting bagi semua golongan maupun kalangan dengan maraknya globalisasi. Misalnya, beberapa waktu yang lalu sempat terjadi badai matahari yang mengakibatkan sistem elektronik di seluruh dunia menjadi terancam untuk terganggu seluruh orang sudah resah dengan adanya berita tersebut. jadi ketentuan pidana untuk orang/pelaku kejahatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 ini memang sudah semestinya diatur dengan ancaman yang setimpal.
POLA PENDIDIKAN MASA BANI UMAYYAH
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membahas mengenai sejarah pendidikan islam pada masa dinasti
umayyah dimulai dengan Peralihan kekuasaan kepemimpinan umat Islam
dari khalifah Ali bin Abi Thalib ke Mu’awiyah yang tidak sama dengan
khalifah-khalifah sebelumnya yang berlangsung secara damai, tertib dan
demokratis. Peralihan kekuasaan dari Ali ke Mu’awiyah diwarnai dengan
peperangan (Perang Shiffin) yang awalnya kemenangan hampir berpihak
kepada Ali, namun dengan tipu siasat Mu’awiyah yang mengajak Ali
untuk berdamai dan membuat kesepakatan bahwa untuk memilih
pemimpin diserahkan sepenuhnya kepada rakyat. Perundingan itu ditandai
dengan proses tahkhim, yang senyatanya itu hanya dijadikan siasat
Mu’awiyah untuk menjadi seorang pemimpin.
Darisinilah pemerintahan Mu’awiayah ibn Abi Shofyan dimulai
dengan bebagai corak baru sistem kepemerintahannya (sistem kerajaan
atau sistem monarki), yang sekaligus mengawali munculnya secara terang-terangan kekeuasaan Dinasti Umayyah
1
sebagai generasi kekhalifahan
setelah khulafaur rhasidin.
Tidak terlepas dari kondisi maupun situasi politik, sosial, dan
keagamaan yang yang terjadi pada masa Bani Umayyah yang berbeda
dengan sebelumnya, pendidikan juga telah mengalami perbedaan sekaligus
perkembangan di masa dinasti Umayyah. Mengenai bagaimana pola
pendidikan pada masa dinasti umayyah, selanjutnya akan menjadi pokok
bahasan pada makalah kali ini.
1
Sebenarnya bani umayyah sudah ada sebelum mu’awiyah ibn abi shofyan, namun umayyah
mulai tampak dengan jelas, bahkan menjadi sebuah dinasti ketika kekhalifahan berada di tangan
Mu’awiyah ibn abi shofyan. Lihat Adonis, Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab Islam, (Yogyakarta:
LKIS, 2007), vol. I, 139.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah situasi politik, sosial, dan keagamaan pada masa Dinasti
Umayyah?
2. Bagaimanakah keadaan pendidikan pada masa Dinasti Umayyah?
3. Apa visi, misi, sasaran, dan tujuan pendidikan pada masa dinasti
Umayyah?
4. Apa Kurikulum pendidikan pada masa Dinasti Umayyah?
5. Apa saja lembaga-lembaga yang ada pada masa Dinasti Umayyah?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Situasi Politik, Sosial, dan Keagamaan pada masa Dinasti
Umayyah.
Memasuki masa kekuasaan Muawiyah merupakan awal kekuasaan
bani umayyah, pemerintahan yang sebelumnya masih bersifat demokratis
berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun). Berbeda
dengan masa sebelumnya para ahli sejarah menyatakan bahwa
Kekhalifahan muawiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, dan tipu
daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak melainkan secara turun
temurun.
2
Hal ini tentu sangat berbeda dengan pada masa Rasulullah dan
khulafa’urrasyidin dimana setiap pemilihan pemimpin dipilih secara
demokrasi dan setiap ada kesulitan-kesulitan maka akan diselesaikan
dengan jalan musyawarah bersama dengan para pembesar-pembesar
lainnya.
3
Oleh Muawiyyah bin Abu Sufyan, Kekhalifahan Bani Umayyah
Didirikan pada Tahun 41 Hijriyah dan berakhir pada tahun 132 Hijriyah
dengan demikian kekuasaan bani umayyah berlangsung selama kurang
lebih 91 tahun
4
.
Masa Kekhalifahan Bani Umayyah banyak diisi dengan program-program besar,mendasar dan strategis, Masa Bani Umayyah terkenal
sebagai suatu era agresif dimana perhatiannya tertumpu pada usaha
perluasan wilayah dan penaklukan.
5
perluasan wilayah islam merupakan
salah satu program besar pada masa bani umayyah. Banyak Negara-negara
besar yang berhasil ditaklukkan, salah satunya adalah Tunisia. Di sebelah
timur, muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai
2
Abudin Nata, etl, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2011) 127
3
Badri, Yatim. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2004) 42
4
Abudin Nata,etl. Sejarah Pendidikan…, 127
5
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997) 83
4
Axus dan Afganistan hingga ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan
serangan-serangan ke ibu kota Bizantium dan Konstantinopel. Ekspansi ke
Timur yang dilakukan oleh Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah
Abd al-Malik. Selanjutnya ekspansi ke barat secara besar-besaran
dilanjutkan oleh al-Walid ibn Abd al-Malik.
6
Melalui berbagai keberhasilan ekspansi tersebut, maka wilayah
kekuasaan islam di masa Bani Umayyah menjadi sangat luas, selain
Jazirah Arabia dan sekitarnya, juga telah menjangkau sepanyol, Afrika
Utara, Syiria, Palestina, Irak, Asia Kecil, Persia, Afghanistan, Pakistan,
Turkemenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.
7
Dalam bidang politik, Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan
yang sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah
dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks. Misalnya
mengangkat sekertaris-sekertaris (al-kuttab).
8
Dan di dalam lapangan
sosial dan budaya, Bani umayyah juga telah membuka terjadinya kontak
antar bangsa-bangsa Muslim (Arab) dengan negri-negri taklukan yang
terkenal mempunyai tradisi yang luhur seperti Persia, Mesir, Eropa dan
sebagainya sehingga terjadi pertukaran budaya maupun kreatifitas yang
akhirnya melahirkan kreatifitas baru dalam bidang seni yang
menakjubkan.
pada masanya, Bani Umayyah banyak melahirkan golongan dan
aliran-aliran dalam islam, seperti Khawarij, Syi’ah, Muktazilah da lain-lain. Meskipun sebagian aliran tersebut tidak memperoleh ijin dari
pemerintah namun disadari ataupun tidak situasi yang seperti itu telah
memperkaya khazanah kebudayaan islam yang universal.
Akan tetapi kebesaran dan keberhasilan yang telah diraih oleh bani
umayyah tidak dapat membendung kehancurannya akibat kelemahan-
6
Abudin Nata,etl. Sejarah Pendidikan…, 128
7
Abudin Nata,etl. Sejarah Pendidikan…, 129
8
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebud…, 85
5
kelemahan internal maupun eksternal. Adapun hal-hal yang membawa
kehancuran bani umayyah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Pertentangan keras antar suku-suku Arab yang sejak lama terbagi
menjadi dua kelompok yaitu arab utara(Mudariyah) dan arab
selatan (Himyariyah).
2. Ketidakpuasan sejumlah pemeluk islam non arab. Mereka
merupakan pendatang baru dari bangsa jajahan Bani umayyah yang
mendapat sebutan “mawali”, suatu status yang menggambarkan
inferioritas di tengah-tengah keangkuhan orang arab yang
mendapat fasilitas dari penguasa mu’awiyah.
3. Latar belakang terbentuknya Bani Umayyah yang tidak terlepas
dari konflik-konflik politik terutama antara kaum Syi’ah dan
Khawarij.
B. Keadaan Pendidikan Pada Masa Dinasti Umayyah.
Masa pemerintahan dinasti Umayyah berlangsung selama 91 tahun
dengan 14 orang khalifah. Selama masa pemerintahan itu, berbagai
kemajuan telah berhasil dicapai oleh dinasti ini. Salah satunya yaitu dalam
bidang pendidikan. Kalau pada masa nabi dan khulafaurrasyidin perhatian
terpusat pada usaha untuk memahami Al-Qur’an dan hadits nabi untuk
memperdalam pengajaran aqidah, akhlak, ibadah, muamalah dan kisah-kisah Al-Qur’an, maka sesudah itu perhatian dipusatkan sesuai dengan
kebutuhan zaman, tertuju pada ilmu-ilmu yang diwariskan oleh bangsa-bangsa sebelum munculnya islam.
9
Selain itu, ada dinamika tersendiri
yang menjadi karakteristik pendidikan islam pada waktu itu, yakni
dibukanya wacana kalam yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Wacana kalam tidak dapat dihindari dari perbincangan kesehariannya,
meskipun wacana ini dilatarbelakangi oleh faktor-faktor politis.
9
Musyrifah Sunanto, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:PRENADA MEDIA,2003), 38
6
Perbincangan ini kemudian telah melahirkan paradigm berpikir secara
mandiri.
10
Periode dinasti Umayyah merupakan masa inkubasi. Pada masa ini
peletakan dasar-dasar dari kemajuan pendidikan dimunculkan. Intelektual
muslim berkembang pada masa ini. Memberikan dorongan yang kuat
terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal
tersebut dilakukan agar para ilmuwan, para seniman, dan para ulama mau
melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu
melakukan kaderisasi ilmu.
11
Pada masa ini, pola pendidikan bersifat desentralisasi, tidak
memiliki tingkatan dan standar umum. Kajian keilmuan yang ada pada
periode ini berpusat di Damaskus, Kuffah, Mekkah, Madinah, Mesir,
Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti Basrah dan Irak, Damsyik dan
Palestina (Syam), dan Fistat (Mesir). Diantara ilmu yang dikembangkan
yaitu : kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintanga, ilmu pasti, sastra,
seni baik itu seni bangunan, seni rupa, maupun seni suara. Jadi, pendidikan
tidak hanya terpusat di Madinah seperti mada masa nabi dan
khulafaurrasyidin, melainkan ilmu telah mengalami ekspansi seiring
dengan ekspansi territorial.
12
Pada masa Al-Walid, ia mendirikan sekolah kedokteran. Ia
melarang para penderita kusta meminta-minta di jalan, bahkan khalifah
menyediakan dana khusus bagi penderita kusta. Pada masa ini sudah ada
jaminan social bagi anak yatim dan anak terlantar. Khalifah Umar bin
Abdul Aziz memerintahkan para ulama secara resmi untuk membukukan
10
Tim 2 C IAIN Sunan Ampel Surabaya, Sejarah Pendidikan Islam, (Surabaya:Cosma 2 C IAIN
Sunan Ampel Surabaya,2012), 42
11
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:KENCANA PRENADA MEDIA GROUP,
2007), 59
12
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan…, 60
7
hadits-hadits nabi. Khalifah ini juga bersahabat dengan Ibn Abjar, seorang
dokter dari Iskandariyah yang kemudian menjadi dokter pribadinya,
sehingga tidak boleh tidak, memengaruhi pandangan khalifah ini terhadap
ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang berasal dari Yunani. Selain itu,
Khalid bin Yazid, cucu Muawiyah, sangat tertarik pada ilmu kimia dan
ilmu kedokteran. Ia menyediakan sejumlah harta dan memerintahkan para
sarjana Yunani yang bermukim di Mesir untuk menerjemahkan buku-buku
kimia dan kedokteran ke dalam bahasa Arab. Usaha ini menjadi
terjemahan pertama dalam sejarah.
13
C. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pendidikan Pada Masa Dinasti
Umayyah
Visi pendidikan pada masa Bani Umayyah secara eksplisit tidak
dijumpai. Namun dari berbagai petunjuk bisa diketahui bahwa visinya
adalah unggul dalam ilmu agama umum sejalan dengan kebutuhan zaman
dan masing-masing wilayah islam.
Adapun misinya, antara lain :
1. Menyelenggarakan pendidikan agama dan umum secara seimbang.
2. Melakukan penataan kelembagaan dan aspek-aspek pendidikan islam.
3. Memberikan pelayanan pendidikan pada seluruh wilayah islam secara
adil dan merata.
4. Menjadikan pendidikan sebagai penopang utama kemajuan wilayah
islam.
5. Memberdayakan masyarakat agar dapat memecahkan masalahnya
sesuai dengan kemampuannya sendiri.
13
Musyrifah Sunanto, Sejarah Pendidikan…, 39
8
Adapun tujuannya adalah menghasilkan sumber daya manusia
yang unggul secara seimbang dalam ilmu agama dan umum serta mampu
menerapkannya bagi kemajuan wilayah islam.
Sedangkan yang menjadi sasarannya adalah seluruh umat atau
warga yang terdapat di seluruh wilayah kekuasaan islam, sebagai dasar
bagi dirinya dalam membangun masa depan yang lebih baik.
14
D. Kurikulum pada masa Dinasti Umayah
Kurikulum pendidikan pada dinasti umayah meliputi :
1. Ilmu agama : Al-Quran,hadist dan fiqih. Sejarah mencatat bahwa pada
masa khalifah Umar Ibn Abd. Aziz (99-10H) dilakukan proses pembukuan
hadist, sehingga studi hadist mengalami perkembangan yang pesat.
2. Ilmu sejarah dan geografi : segala ilmu yang membahas tentang perjalanan
hidup, kisah dan riwayat.
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa : segala ilmu yang mempelajari bahasa
nahwu,sharaf, dan lain-lain.
4. Filsafat : segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing,
seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang
berhubungan dengan hal tersebut, serta ilmu kedokteran.
Kurikulum pelajaran ini selanjutnya diatur secara lebih khusus
paada setiap lembaga pendidikan. Ntuk pendidikan di istana misalnya
diajarkan tentang Al-Quran, Al-hadist, syair-syair yang terhornat, riwayat
para hukama (filsuf), membaca, menulis, berhitung, dan ilmu-ilmu umum
lainnya.
15
14
Tim 2 C IAIN Sunan Ampel Surabaya, Sejarah Pendidikan…, 43
15
Abudin Nata, etl,Sejarah Pendidikan…, 134
9
E. Kelembagaan.
Lembaga-lembaga pendidikan yang berkembang pada zaman Bani
Umayah, selain masjid,kuttab, dan rumah, juga ditambah dengan lembaga
pendidikan sebagai berikut
16
:
a. Istana, Pendidikan di istana bukan saja mengajarkan ilmu pengetahuan
umum, melainkan juga mengajarkan tentang kecerdasan jiwa dan raga
anak.
b. Badiah, Lembaga badiah ini muncul seiring dengan kebijakan pemerintah
Bani Umayah untuk melakukan program Arabisasi yang digagas oleh
khalifah Abul Malik Ibn Marwan. Secara harfiah badiah artinya dusun
Badui di padang sahara yang di dalam terdapat bahsa arab yang masih
fasih dan murni sesuai dengan kaidah bahasa arab.
c. Perpustakaan, Perpustakaan tumbuh dan berkembang seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta kegiatan
penelitian dan penulisan karya ilmiah. Pada pendidikan dan pengajaran
yang berbasis penelitian, perpustakaan memegang peranan yang sangat
penting. Ia menjadi jantung sebuah lembaga pendidikan. Perpustakaan
selanjutnya tidak hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan buku,
melainkan juga untuk melakukan belajar mengajar.
d. Al-Bimaristan , Al-Bimaristan adalah rumah sakit tempat berobat dan
merawat orang serta sekaligus berfungsi sebagai tempat melakukan
magang dan penelitian bagi calon dokter. Di masa sekarang al-bimaristan
dikenal dengan istilah teaching hospital (rumah sakit pendidikan). Khalid
Ibn Yazid cucu Muawiyah misalnya sangat tertarik pada ilmu kimia dan
kedokteran. Melalui wewenang yang ada padanya, ia menyediakan
sejumlah dana dan memerintahkan para sarjana Yunani yang ada di Mesir
untuk menerjemahkan buku kimia dan kedokteran ke dalam bahasa
Arab.
17
16
Abudin Nata, etl,Sejarah Pendidikan…, 136
17
Abudin Nata, etl,Sejarah Pendidikan…,137
10
KESIMPULAN
1. Masa Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif dimana
perhatiannya tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan.
Banyak Negara-negara besar yang berhasil ditaklukkan. Dalam bidang
politik, Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan yang sama sekali
baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi
kenegaraan yang semakin kompleks. Misalnya mengangkat sekertaris-sekertaris (al-kuttab). Dan di dalam lapangan sosial dan budaya, Bani
umayyah juga telah membuka terjadinya kontak antar bangsa-bangsa
Muslim (Arab) dengan negri-negri taklukan yang terkenal mempunyai
tradisi yang luhur seperti Persia, Mesir, Eropa dan sebagainya sehingga
terjadi pertukaran budaya maupun kreatifitas yang akhirnya melahirkan
kreatifitas baru dalam bidang seni yang menakjubkan. pada masanya, Bani
Umayyah banyak melahirkan golongan dan aliran-aliran dalam islam,
seperti Khawarij, Syi’ah, Muktazilah da lain-lain.
2. Periode dinasti Umayyah merupakan masa inkubasi. Pada masa ini
peletakan dasar-dasar dari kemajuan pendidikan dimunculkan. Intelektual
muslim berkembang pada masa ini. Memberikan dorongan yang kuat
terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal
tersebut dilakukan agar para ilmuwan, para seniman, dan para ulama mau
melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu
melakukan kaderisasi ilmu. pola pendidikan bersifat desentralisasi, tidak
memiliki tingkatan dan standar umum. Kajian keilmuan yang ada pada
periode ini berpusat di Damaskus, Kuffah, Mekkah, Madinah, Mesir,
Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti Basrah dan Irak, Damsyik dan
Palestina (Syam), dan Fistat (Mesir).
3. Visi pendidikan pada masa Bani Umayyah secara eksplisit tidak dijumpai.
Namun dari berbagai petunjuk bisa diketahui bahwa visinya adalah unggul
dalam ilmu agama umum sejalan dengan kebutuhan zaman dan masing-
11
masing wilayah islam. Adapun misinya, antara lain : Menyelenggarakan
pendidikan agama dan umum secara seimbang, Melakukan penataan
kelembagaan dan aspek-aspek pendidikan islam, Memberikan pelayanan
pendidikan pada seluruh wilayah islam secara adil dan merata, Menjadikan
pendidikan sebagai penopang utama kemajuan wilayah islam,
Memberdayakan masyarakat agar dapat memecahkan masalahnya sesuai
dengan kemampuannya sendiri. Adapun tujuannya adalah menghasilkan
sumber daya manusia yang unggul secara seimbang dalam ilmu agama dan
umum serta mampu menerapkannya bagi kemajuan wilayah islam.
Sedangkan yang menjadi sasarannya adalah seluruh umat atau warga yang
terdapat di seluruh wilayah kekuasaan islam.
5. Kurikulum pendidikan pada dinasti umayah meliputi : Ilmu Agama, Ilmu
sejarah dan geografi, Ilmu pengetahuan bidang bahasa, Filsafat : segala
ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik,
kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan hal
tersebut, serta ilmu kedokteran.
6. Lembaga-lembaga pendidikan yang berkembang pada zaman Bani
Umayah, selain masjid,kuttab, dan rumah, juga ditambah dengan lembaga
pendidikan yakni: Istana, Badiah, Perpustakaan, dan al-Bimaristan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Adonis, 2007. Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab Islam, Yogyakarta: LKIS
Mufrodi, Ali. 1997. Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos.
Nata Abudin, etl, 2011. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Nizar, Samsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam.. Jakarta:KENCANA PRENADA
MEDIA GROUP.
Sunanto, Musyrifah. 2003. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:PRENADA
MEDIA
Tim 2 C IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2012. Sejarah Pendidikan Islam.
Surabaya:Cosma 2 C IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membahas mengenai sejarah pendidikan islam pada masa dinasti
umayyah dimulai dengan Peralihan kekuasaan kepemimpinan umat Islam
dari khalifah Ali bin Abi Thalib ke Mu’awiyah yang tidak sama dengan
khalifah-khalifah sebelumnya yang berlangsung secara damai, tertib dan
demokratis. Peralihan kekuasaan dari Ali ke Mu’awiyah diwarnai dengan
peperangan (Perang Shiffin) yang awalnya kemenangan hampir berpihak
kepada Ali, namun dengan tipu siasat Mu’awiyah yang mengajak Ali
untuk berdamai dan membuat kesepakatan bahwa untuk memilih
pemimpin diserahkan sepenuhnya kepada rakyat. Perundingan itu ditandai
dengan proses tahkhim, yang senyatanya itu hanya dijadikan siasat
Mu’awiyah untuk menjadi seorang pemimpin.
Darisinilah pemerintahan Mu’awiayah ibn Abi Shofyan dimulai
dengan bebagai corak baru sistem kepemerintahannya (sistem kerajaan
atau sistem monarki), yang sekaligus mengawali munculnya secara terang-terangan kekeuasaan Dinasti Umayyah
1
sebagai generasi kekhalifahan
setelah khulafaur rhasidin.
Tidak terlepas dari kondisi maupun situasi politik, sosial, dan
keagamaan yang yang terjadi pada masa Bani Umayyah yang berbeda
dengan sebelumnya, pendidikan juga telah mengalami perbedaan sekaligus
perkembangan di masa dinasti Umayyah. Mengenai bagaimana pola
pendidikan pada masa dinasti umayyah, selanjutnya akan menjadi pokok
bahasan pada makalah kali ini.
1
Sebenarnya bani umayyah sudah ada sebelum mu’awiyah ibn abi shofyan, namun umayyah
mulai tampak dengan jelas, bahkan menjadi sebuah dinasti ketika kekhalifahan berada di tangan
Mu’awiyah ibn abi shofyan. Lihat Adonis, Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab Islam, (Yogyakarta:
LKIS, 2007), vol. I, 139.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah situasi politik, sosial, dan keagamaan pada masa Dinasti
Umayyah?
2. Bagaimanakah keadaan pendidikan pada masa Dinasti Umayyah?
3. Apa visi, misi, sasaran, dan tujuan pendidikan pada masa dinasti
Umayyah?
4. Apa Kurikulum pendidikan pada masa Dinasti Umayyah?
5. Apa saja lembaga-lembaga yang ada pada masa Dinasti Umayyah?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Situasi Politik, Sosial, dan Keagamaan pada masa Dinasti
Umayyah.
Memasuki masa kekuasaan Muawiyah merupakan awal kekuasaan
bani umayyah, pemerintahan yang sebelumnya masih bersifat demokratis
berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun). Berbeda
dengan masa sebelumnya para ahli sejarah menyatakan bahwa
Kekhalifahan muawiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, dan tipu
daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak melainkan secara turun
temurun.
2
Hal ini tentu sangat berbeda dengan pada masa Rasulullah dan
khulafa’urrasyidin dimana setiap pemilihan pemimpin dipilih secara
demokrasi dan setiap ada kesulitan-kesulitan maka akan diselesaikan
dengan jalan musyawarah bersama dengan para pembesar-pembesar
lainnya.
3
Oleh Muawiyyah bin Abu Sufyan, Kekhalifahan Bani Umayyah
Didirikan pada Tahun 41 Hijriyah dan berakhir pada tahun 132 Hijriyah
dengan demikian kekuasaan bani umayyah berlangsung selama kurang
lebih 91 tahun
4
.
Masa Kekhalifahan Bani Umayyah banyak diisi dengan program-program besar,mendasar dan strategis, Masa Bani Umayyah terkenal
sebagai suatu era agresif dimana perhatiannya tertumpu pada usaha
perluasan wilayah dan penaklukan.
5
perluasan wilayah islam merupakan
salah satu program besar pada masa bani umayyah. Banyak Negara-negara
besar yang berhasil ditaklukkan, salah satunya adalah Tunisia. Di sebelah
timur, muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai
2
Abudin Nata, etl, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2011) 127
3
Badri, Yatim. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2004) 42
4
Abudin Nata,etl. Sejarah Pendidikan…, 127
5
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997) 83
4
Axus dan Afganistan hingga ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan
serangan-serangan ke ibu kota Bizantium dan Konstantinopel. Ekspansi ke
Timur yang dilakukan oleh Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah
Abd al-Malik. Selanjutnya ekspansi ke barat secara besar-besaran
dilanjutkan oleh al-Walid ibn Abd al-Malik.
6
Melalui berbagai keberhasilan ekspansi tersebut, maka wilayah
kekuasaan islam di masa Bani Umayyah menjadi sangat luas, selain
Jazirah Arabia dan sekitarnya, juga telah menjangkau sepanyol, Afrika
Utara, Syiria, Palestina, Irak, Asia Kecil, Persia, Afghanistan, Pakistan,
Turkemenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.
7
Dalam bidang politik, Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan
yang sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah
dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks. Misalnya
mengangkat sekertaris-sekertaris (al-kuttab).
8
Dan di dalam lapangan
sosial dan budaya, Bani umayyah juga telah membuka terjadinya kontak
antar bangsa-bangsa Muslim (Arab) dengan negri-negri taklukan yang
terkenal mempunyai tradisi yang luhur seperti Persia, Mesir, Eropa dan
sebagainya sehingga terjadi pertukaran budaya maupun kreatifitas yang
akhirnya melahirkan kreatifitas baru dalam bidang seni yang
menakjubkan.
pada masanya, Bani Umayyah banyak melahirkan golongan dan
aliran-aliran dalam islam, seperti Khawarij, Syi’ah, Muktazilah da lain-lain. Meskipun sebagian aliran tersebut tidak memperoleh ijin dari
pemerintah namun disadari ataupun tidak situasi yang seperti itu telah
memperkaya khazanah kebudayaan islam yang universal.
Akan tetapi kebesaran dan keberhasilan yang telah diraih oleh bani
umayyah tidak dapat membendung kehancurannya akibat kelemahan-
6
Abudin Nata,etl. Sejarah Pendidikan…, 128
7
Abudin Nata,etl. Sejarah Pendidikan…, 129
8
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebud…, 85
5
kelemahan internal maupun eksternal. Adapun hal-hal yang membawa
kehancuran bani umayyah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Pertentangan keras antar suku-suku Arab yang sejak lama terbagi
menjadi dua kelompok yaitu arab utara(Mudariyah) dan arab
selatan (Himyariyah).
2. Ketidakpuasan sejumlah pemeluk islam non arab. Mereka
merupakan pendatang baru dari bangsa jajahan Bani umayyah yang
mendapat sebutan “mawali”, suatu status yang menggambarkan
inferioritas di tengah-tengah keangkuhan orang arab yang
mendapat fasilitas dari penguasa mu’awiyah.
3. Latar belakang terbentuknya Bani Umayyah yang tidak terlepas
dari konflik-konflik politik terutama antara kaum Syi’ah dan
Khawarij.
B. Keadaan Pendidikan Pada Masa Dinasti Umayyah.
Masa pemerintahan dinasti Umayyah berlangsung selama 91 tahun
dengan 14 orang khalifah. Selama masa pemerintahan itu, berbagai
kemajuan telah berhasil dicapai oleh dinasti ini. Salah satunya yaitu dalam
bidang pendidikan. Kalau pada masa nabi dan khulafaurrasyidin perhatian
terpusat pada usaha untuk memahami Al-Qur’an dan hadits nabi untuk
memperdalam pengajaran aqidah, akhlak, ibadah, muamalah dan kisah-kisah Al-Qur’an, maka sesudah itu perhatian dipusatkan sesuai dengan
kebutuhan zaman, tertuju pada ilmu-ilmu yang diwariskan oleh bangsa-bangsa sebelum munculnya islam.
9
Selain itu, ada dinamika tersendiri
yang menjadi karakteristik pendidikan islam pada waktu itu, yakni
dibukanya wacana kalam yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Wacana kalam tidak dapat dihindari dari perbincangan kesehariannya,
meskipun wacana ini dilatarbelakangi oleh faktor-faktor politis.
9
Musyrifah Sunanto, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:PRENADA MEDIA,2003), 38
6
Perbincangan ini kemudian telah melahirkan paradigm berpikir secara
mandiri.
10
Periode dinasti Umayyah merupakan masa inkubasi. Pada masa ini
peletakan dasar-dasar dari kemajuan pendidikan dimunculkan. Intelektual
muslim berkembang pada masa ini. Memberikan dorongan yang kuat
terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal
tersebut dilakukan agar para ilmuwan, para seniman, dan para ulama mau
melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu
melakukan kaderisasi ilmu.
11
Pada masa ini, pola pendidikan bersifat desentralisasi, tidak
memiliki tingkatan dan standar umum. Kajian keilmuan yang ada pada
periode ini berpusat di Damaskus, Kuffah, Mekkah, Madinah, Mesir,
Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti Basrah dan Irak, Damsyik dan
Palestina (Syam), dan Fistat (Mesir). Diantara ilmu yang dikembangkan
yaitu : kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintanga, ilmu pasti, sastra,
seni baik itu seni bangunan, seni rupa, maupun seni suara. Jadi, pendidikan
tidak hanya terpusat di Madinah seperti mada masa nabi dan
khulafaurrasyidin, melainkan ilmu telah mengalami ekspansi seiring
dengan ekspansi territorial.
12
Pada masa Al-Walid, ia mendirikan sekolah kedokteran. Ia
melarang para penderita kusta meminta-minta di jalan, bahkan khalifah
menyediakan dana khusus bagi penderita kusta. Pada masa ini sudah ada
jaminan social bagi anak yatim dan anak terlantar. Khalifah Umar bin
Abdul Aziz memerintahkan para ulama secara resmi untuk membukukan
10
Tim 2 C IAIN Sunan Ampel Surabaya, Sejarah Pendidikan Islam, (Surabaya:Cosma 2 C IAIN
Sunan Ampel Surabaya,2012), 42
11
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:KENCANA PRENADA MEDIA GROUP,
2007), 59
12
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan…, 60
7
hadits-hadits nabi. Khalifah ini juga bersahabat dengan Ibn Abjar, seorang
dokter dari Iskandariyah yang kemudian menjadi dokter pribadinya,
sehingga tidak boleh tidak, memengaruhi pandangan khalifah ini terhadap
ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang berasal dari Yunani. Selain itu,
Khalid bin Yazid, cucu Muawiyah, sangat tertarik pada ilmu kimia dan
ilmu kedokteran. Ia menyediakan sejumlah harta dan memerintahkan para
sarjana Yunani yang bermukim di Mesir untuk menerjemahkan buku-buku
kimia dan kedokteran ke dalam bahasa Arab. Usaha ini menjadi
terjemahan pertama dalam sejarah.
13
C. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pendidikan Pada Masa Dinasti
Umayyah
Visi pendidikan pada masa Bani Umayyah secara eksplisit tidak
dijumpai. Namun dari berbagai petunjuk bisa diketahui bahwa visinya
adalah unggul dalam ilmu agama umum sejalan dengan kebutuhan zaman
dan masing-masing wilayah islam.
Adapun misinya, antara lain :
1. Menyelenggarakan pendidikan agama dan umum secara seimbang.
2. Melakukan penataan kelembagaan dan aspek-aspek pendidikan islam.
3. Memberikan pelayanan pendidikan pada seluruh wilayah islam secara
adil dan merata.
4. Menjadikan pendidikan sebagai penopang utama kemajuan wilayah
islam.
5. Memberdayakan masyarakat agar dapat memecahkan masalahnya
sesuai dengan kemampuannya sendiri.
13
Musyrifah Sunanto, Sejarah Pendidikan…, 39
8
Adapun tujuannya adalah menghasilkan sumber daya manusia
yang unggul secara seimbang dalam ilmu agama dan umum serta mampu
menerapkannya bagi kemajuan wilayah islam.
Sedangkan yang menjadi sasarannya adalah seluruh umat atau
warga yang terdapat di seluruh wilayah kekuasaan islam, sebagai dasar
bagi dirinya dalam membangun masa depan yang lebih baik.
14
D. Kurikulum pada masa Dinasti Umayah
Kurikulum pendidikan pada dinasti umayah meliputi :
1. Ilmu agama : Al-Quran,hadist dan fiqih. Sejarah mencatat bahwa pada
masa khalifah Umar Ibn Abd. Aziz (99-10H) dilakukan proses pembukuan
hadist, sehingga studi hadist mengalami perkembangan yang pesat.
2. Ilmu sejarah dan geografi : segala ilmu yang membahas tentang perjalanan
hidup, kisah dan riwayat.
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa : segala ilmu yang mempelajari bahasa
nahwu,sharaf, dan lain-lain.
4. Filsafat : segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing,
seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang
berhubungan dengan hal tersebut, serta ilmu kedokteran.
Kurikulum pelajaran ini selanjutnya diatur secara lebih khusus
paada setiap lembaga pendidikan. Ntuk pendidikan di istana misalnya
diajarkan tentang Al-Quran, Al-hadist, syair-syair yang terhornat, riwayat
para hukama (filsuf), membaca, menulis, berhitung, dan ilmu-ilmu umum
lainnya.
15
14
Tim 2 C IAIN Sunan Ampel Surabaya, Sejarah Pendidikan…, 43
15
Abudin Nata, etl,Sejarah Pendidikan…, 134
9
E. Kelembagaan.
Lembaga-lembaga pendidikan yang berkembang pada zaman Bani
Umayah, selain masjid,kuttab, dan rumah, juga ditambah dengan lembaga
pendidikan sebagai berikut
16
:
a. Istana, Pendidikan di istana bukan saja mengajarkan ilmu pengetahuan
umum, melainkan juga mengajarkan tentang kecerdasan jiwa dan raga
anak.
b. Badiah, Lembaga badiah ini muncul seiring dengan kebijakan pemerintah
Bani Umayah untuk melakukan program Arabisasi yang digagas oleh
khalifah Abul Malik Ibn Marwan. Secara harfiah badiah artinya dusun
Badui di padang sahara yang di dalam terdapat bahsa arab yang masih
fasih dan murni sesuai dengan kaidah bahasa arab.
c. Perpustakaan, Perpustakaan tumbuh dan berkembang seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta kegiatan
penelitian dan penulisan karya ilmiah. Pada pendidikan dan pengajaran
yang berbasis penelitian, perpustakaan memegang peranan yang sangat
penting. Ia menjadi jantung sebuah lembaga pendidikan. Perpustakaan
selanjutnya tidak hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan buku,
melainkan juga untuk melakukan belajar mengajar.
d. Al-Bimaristan , Al-Bimaristan adalah rumah sakit tempat berobat dan
merawat orang serta sekaligus berfungsi sebagai tempat melakukan
magang dan penelitian bagi calon dokter. Di masa sekarang al-bimaristan
dikenal dengan istilah teaching hospital (rumah sakit pendidikan). Khalid
Ibn Yazid cucu Muawiyah misalnya sangat tertarik pada ilmu kimia dan
kedokteran. Melalui wewenang yang ada padanya, ia menyediakan
sejumlah dana dan memerintahkan para sarjana Yunani yang ada di Mesir
untuk menerjemahkan buku kimia dan kedokteran ke dalam bahasa
Arab.
17
16
Abudin Nata, etl,Sejarah Pendidikan…, 136
17
Abudin Nata, etl,Sejarah Pendidikan…,137
10
KESIMPULAN
1. Masa Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif dimana
perhatiannya tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan.
Banyak Negara-negara besar yang berhasil ditaklukkan. Dalam bidang
politik, Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan yang sama sekali
baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi
kenegaraan yang semakin kompleks. Misalnya mengangkat sekertaris-sekertaris (al-kuttab). Dan di dalam lapangan sosial dan budaya, Bani
umayyah juga telah membuka terjadinya kontak antar bangsa-bangsa
Muslim (Arab) dengan negri-negri taklukan yang terkenal mempunyai
tradisi yang luhur seperti Persia, Mesir, Eropa dan sebagainya sehingga
terjadi pertukaran budaya maupun kreatifitas yang akhirnya melahirkan
kreatifitas baru dalam bidang seni yang menakjubkan. pada masanya, Bani
Umayyah banyak melahirkan golongan dan aliran-aliran dalam islam,
seperti Khawarij, Syi’ah, Muktazilah da lain-lain.
2. Periode dinasti Umayyah merupakan masa inkubasi. Pada masa ini
peletakan dasar-dasar dari kemajuan pendidikan dimunculkan. Intelektual
muslim berkembang pada masa ini. Memberikan dorongan yang kuat
terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal
tersebut dilakukan agar para ilmuwan, para seniman, dan para ulama mau
melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu
melakukan kaderisasi ilmu. pola pendidikan bersifat desentralisasi, tidak
memiliki tingkatan dan standar umum. Kajian keilmuan yang ada pada
periode ini berpusat di Damaskus, Kuffah, Mekkah, Madinah, Mesir,
Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti Basrah dan Irak, Damsyik dan
Palestina (Syam), dan Fistat (Mesir).
3. Visi pendidikan pada masa Bani Umayyah secara eksplisit tidak dijumpai.
Namun dari berbagai petunjuk bisa diketahui bahwa visinya adalah unggul
dalam ilmu agama umum sejalan dengan kebutuhan zaman dan masing-
11
masing wilayah islam. Adapun misinya, antara lain : Menyelenggarakan
pendidikan agama dan umum secara seimbang, Melakukan penataan
kelembagaan dan aspek-aspek pendidikan islam, Memberikan pelayanan
pendidikan pada seluruh wilayah islam secara adil dan merata, Menjadikan
pendidikan sebagai penopang utama kemajuan wilayah islam,
Memberdayakan masyarakat agar dapat memecahkan masalahnya sesuai
dengan kemampuannya sendiri. Adapun tujuannya adalah menghasilkan
sumber daya manusia yang unggul secara seimbang dalam ilmu agama dan
umum serta mampu menerapkannya bagi kemajuan wilayah islam.
Sedangkan yang menjadi sasarannya adalah seluruh umat atau warga yang
terdapat di seluruh wilayah kekuasaan islam.
5. Kurikulum pendidikan pada dinasti umayah meliputi : Ilmu Agama, Ilmu
sejarah dan geografi, Ilmu pengetahuan bidang bahasa, Filsafat : segala
ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik,
kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan hal
tersebut, serta ilmu kedokteran.
6. Lembaga-lembaga pendidikan yang berkembang pada zaman Bani
Umayah, selain masjid,kuttab, dan rumah, juga ditambah dengan lembaga
pendidikan yakni: Istana, Badiah, Perpustakaan, dan al-Bimaristan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Adonis, 2007. Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab Islam, Yogyakarta: LKIS
Mufrodi, Ali. 1997. Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos.
Nata Abudin, etl, 2011. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Nizar, Samsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam.. Jakarta:KENCANA PRENADA
MEDIA GROUP.
Sunanto, Musyrifah. 2003. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:PRENADA
MEDIA
Tim 2 C IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2012. Sejarah Pendidikan Islam.
Surabaya:Cosma 2 C IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Kisah Inspiratif
Aku Terpaksa Menikahinya.....
Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :
Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.
Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.
Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.
Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.
Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!
Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.
http://bundaiin.blogdetik.com/2011/10/07/kisah-inspirasi-untuk-para-istri-dan-suami/
Subscribe to:
Posts (Atom)