Sunday, April 7, 2013

SENYUM ITU INDAH, SENYUM ITU MUDAH

"JALANI HIDUP DENGAN SENYUM"

Dalam kehidupan ini.
Kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti.
Roda kehidupan selalu berputar.

Ada kalanya bahagia dirasa..
Ada kalanya sedih berurai air mata.
Yang dicintai kadang pergi..
Yang didambakan kadang menghilang.

La Tahzan..

Ada Dia yang selalu menatapmu lembut.
Maka dekatkanlah dirimu kepada-Nya..
Niscaya Dia akan mengerti perasaanmu.

Dia Tahu mana yang terbaik untukmu.
Dia tak selalu memberi apa yang engkau inginkan.
Tapi Dia memberi apa yang engkau butuhkan.

Semua yang terjadi juga karena kuasa-Nya. Karena Qudrat-Nya.
Semua yang berjalan sesuai rencana-Nya.. Karena Iradah-Nya.

Tak ada sesuatu pun yang terjadi dengan sendirinya.
Untuk apa engkau resah atas sesuatu yang belum diraih?
Bukankah janji Allah itu pasti?
Dia-ah yang Maha Mengetahui..

Dia yang Maha Memberi.
Memberikan segala sesuatu yang menjadi doamu.

Jika enkau menghitung nikmat Allah..
Niscaya engkau tak akan pernah mampu menghitungnya.

Maka Bersyukurlah..

Hidup terus berjalan.
Meski kadang kenyataan tak seperti yang diharapkan.

Ini sebagian ujian dari-Nya.
Bukankah Dia takkan menguji hamba-Nya melebihi kemampuannya.
Bukankah manusia itu memang diuji untuk mengetahui sejauh mana yang paling bertaqwa kepada-Nya?

Masih banyak diluar sana yang jauh lebih bersedih dan menderita..

Tetaplah istiqamah.
Selalu ada hikmah dibalik kejadian.
Selalu ada kemudahan dibailk kesulitan.
Selalu ada kebahagiaan dibalik kesedihan.

Itu adalah janji-Nya.
InsyaAllah..

Thursday, April 4, 2013

TUGAS ICT, UU ITE

Undang-undang Republik Idonesia
Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
PASAL 49
Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 33, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Isi pasal 33 yakni: setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apa pun yang berakibat terganggunya sistem elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Menurut saya ancaman hukuman yang diberikan kepada siapapun yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 adalah sudah sebanding, karena hukuman 10 tahun ataupun denda maksimal 10 miliar itu sudah termasuk hukuman yang berat, sehingga orang akan menjadi berfikir dua kali jika ingin melakukan tindakan-tindakan sebagaimana dalam pasal 33 yang dapat mengganggu ataupun merugikan orang lain, orang juga tidak bisa semaunya sendiri dengan tanpa hak mencoba untuk mengusik kenyamanan orang-orang yang terlibat dalam dunia elektronik.
Terutama saat ini, sistem elektronik menjadi penting bagi semua golongan maupun kalangan dengan maraknya globalisasi. Misalnya, beberapa waktu yang lalu sempat terjadi badai matahari yang mengakibatkan sistem elektronik di seluruh dunia menjadi terancam untuk terganggu seluruh orang sudah resah dengan adanya berita tersebut. jadi ketentuan pidana untuk orang/pelaku kejahatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 ini memang sudah semestinya diatur dengan ancaman yang setimpal.

IBNU SAB'IEN.TUGAS ICT

http://www.4shared.com/office/F-jkNM61/BAB_II_tasawuf_ICT.html

POLA PENDIDIKAN MASA BANI UMAYYAH

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membahas  mengenai  sejarah  pendidikan  islam  pada  masa  dinasti
umayyah  dimulai  dengan Peralihan  kekuasaan  kepemimpinan  umat  Islam
dari khalifah Ali bin Abi Thalib ke Mu’awiyah yang tidak  sama  dengan
khalifah-khalifah  sebelumnya  yang  berlangsung  secara  damai,  tertib  dan
demokratis. Peralihan kekuasaan dari Ali ke Mu’awiyah diwarnai dengan
peperangan  (Perang  Shiffin)  yang  awalnya  kemenangan hampir  berpihak
kepada Ali, namun dengan tipu siasat Mu’awiyah yang mengajak Ali
untuk  berdamai  dan  membuat  kesepakatan  bahwa  untuk  memilih
pemimpin diserahkan sepenuhnya kepada rakyat. Perundingan itu ditandai
dengan  proses  tahkhim,  yang  senyatanya  itu  hanya  dijadikan  siasat
Mu’awiyah untuk menjadi seorang pemimpin.
Darisinilah  pemerintahan  Mu’awiayah ibn Abi Shofyan dimulai
dengan  bebagai  corak  baru  sistem  kepemerintahannya  (sistem  kerajaan
atau sistem monarki), yang sekaligus mengawali munculnya secara terang-terangan  kekeuasaan Dinasti  Umayyah
1
  sebagai  generasi  kekhalifahan
setelah khulafaur rhasidin.
Tidak  terlepas  dari  kondisi  maupun  situasi  politik,  sosial,  dan
keagamaan  yang  yang  terjadi  pada  masa  Bani  Umayyah  yang  berbeda
dengan sebelumnya, pendidikan juga telah mengalami perbedaan sekaligus
perkembangan  di  masa  dinasti  Umayyah.  Mengenai  bagaimana  pola
pendidikan  pada  masa  dinasti  umayyah,  selanjutnya  akan  menjadi  pokok
bahasan pada makalah kali ini.

                                                            
1
  Sebenarnya bani umayyah sudah ada sebelum mu’awiyah ibn abi shofyan, namun umayyah
mulai tampak  dengan  jelas,  bahkan  menjadi  sebuah dinasti ketika  kekhalifahan  berada  di  tangan
Mu’awiyah ibn abi shofyan. Lihat Adonis, Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab Islam, (Yogyakarta:
LKIS, 2007), vol. I, 139.
2

B.  Rumusan Masalah
1.  Bagaimanakah situasi politik, sosial, dan keagamaan pada masa Dinasti
Umayyah?
2.  Bagaimanakah keadaan pendidikan pada masa Dinasti Umayyah?
3.  Apa visi, misi, sasaran, dan tujuan pendidikan pada masa dinasti
Umayyah?
4.  Apa Kurikulum pendidikan pada masa Dinasti Umayyah?
5.  Apa saja lembaga-lembaga yang ada pada masa Dinasti Umayyah?














3

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Situasi  Politik,  Sosial,  dan  Keagamaan  pada  masa  Dinasti
Umayyah.
Memasuki  masa kekuasaan Muawiyah  merupakan awal kekuasaan
bani  umayyah,  pemerintahan  yang  sebelumnya  masih  bersifat  demokratis
berubah  menjadi monarchiheridetis (kerajaan  turun  temurun).  Berbeda
dengan  masa  sebelumnya  para  ahli  sejarah  menyatakan  bahwa
Kekhalifahan  muawiyah diperoleh  melalui kekerasan, diplomasi, dan tipu
daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak melainkan secara turun
temurun.
2
 Hal  ini  tentu  sangat  berbeda  dengan  pada  masa  Rasulullah  dan
khulafa’urrasyidin  dimana  setiap  pemilihan  pemimpin  dipilih  secara
demokrasi  dan  setiap  ada  kesulitan-kesulitan  maka  akan  diselesaikan
dengan  jalan  musyawarah  bersama  dengan  para  pembesar-pembesar
lainnya.
3
 Oleh  Muawiyyah  bin  Abu Sufyan,  Kekhalifahan Bani Umayyah
Didirikan  pada  Tahun  41  Hijriyah  dan  berakhir  pada  tahun  132  Hijriyah
dengan  demikian  kekuasaan  bani  umayyah  berlangsung  selama  kurang
lebih 91 tahun
4
.
Masa  Kekhalifahan  Bani  Umayyah  banyak  diisi  dengan  program-program  besar,mendasar  dan  strategis,  Masa  Bani  Umayyah  terkenal
sebagai  suatu  era  agresif  dimana  perhatiannya  tertumpu  pada  usaha
perluasan  wilayah  dan  penaklukan.
5
 perluasan  wilayah  islam  merupakan
salah satu program besar pada masa bani umayyah. Banyak Negara-negara
besar  yang berhasil ditaklukkan, salah satunya adalah Tunisia. Di sebelah
timur,  muawiyah  dapat  menguasai  daerah  Khurasan  sampai  ke  sungai
                                                            
2
 Abudin Nata, etl, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2011) 127
3
 Badri, Yatim. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2004) 42
4
 Abudin Nata,etl. Sejarah Pendidikan…, 127
5
 Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan  Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997) 83
4

Axus  dan  Afganistan  hingga  ke  Kabul.  Angkatan  lautnya  melakukan
serangan-serangan ke ibu kota Bizantium dan Konstantinopel. Ekspansi ke
Timur yang dilakukan oleh Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah
Abd  al-Malik.  Selanjutnya  ekspansi  ke  barat  secara  besar-besaran
dilanjutkan oleh al-Walid ibn Abd al-Malik.
6

Melalui  berbagai  keberhasilan  ekspansi  tersebut,  maka  wilayah
kekuasaan  islam di  masa  Bani  Umayyah  menjadi  sangat  luas,  selain
Jazirah  Arabia  dan  sekitarnya,  juga  telah  menjangkau  sepanyol,  Afrika
Utara,  Syiria,  Palestina,  Irak,  Asia  Kecil,  Persia,  Afghanistan,  Pakistan,
Turkemenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.
7

Dalam bidang politik, Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan
yang  sama  sekali  baru,  untuk  memenuhi  tuntutan  perkembangan  wilayah
dan  administrasi  kenegaraan  yang  semakin  kompleks.  Misalnya
mengangkat  sekertaris-sekertaris  (al-kuttab).
8
  Dan  di  dalam  lapangan
sosial  dan  budaya,  Bani  umayyah  juga  telah  membuka  terjadinya  kontak
antar  bangsa-bangsa  Muslim  (Arab)  dengan  negri-negri  taklukan  yang
terkenal  mempunyai  tradisi  yang  luhur  seperti  Persia,  Mesir,  Eropa  dan
sebagainya  sehingga  terjadi  pertukaran  budaya  maupun  kreatifitas  yang
akhirnya  melahirkan  kreatifitas  baru  dalam  bidang  seni  yang
menakjubkan.
pada  masanya,  Bani  Umayyah  banyak  melahirkan  golongan  dan
aliran-aliran  dalam  islam, seperti Khawarij, Syi’ah, Muktazilah da lain-lain.  Meskipun  sebagian  aliran  tersebut  tidak  memperoleh  ijin  dari
pemerintah  namun  disadari  ataupun  tidak  situasi  yang  seperti  itu  telah
memperkaya khazanah kebudayaan islam yang universal.
Akan tetapi kebesaran dan keberhasilan yang telah diraih oleh bani
umayyah  tidak  dapat  membendung  kehancurannya  akibat  kelemahan-                                                            
6
 Abudin Nata,etl. Sejarah Pendidikan…, 128
7
 Abudin Nata,etl. Sejarah Pendidikan…, 129
8
 Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan  Kebud…, 85
5

kelemahan  internal  maupun  eksternal.  Adapun  hal-hal  yang  membawa
kehancuran bani umayyah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1.  Pertentangan  keras  antar  suku-suku  Arab  yang  sejak  lama  terbagi
menjadi  dua  kelompok  yaitu  arab  utara(Mudariyah)  dan  arab
selatan (Himyariyah).
2.  Ketidakpuasan  sejumlah  pemeluk  islam  non  arab.  Mereka
merupakan pendatang baru dari bangsa jajahan Bani umayyah yang
mendapat sebutan “mawali”, suatu status yang menggambarkan
inferioritas  di  tengah-tengah  keangkuhan  orang  arab  yang
mendapat fasilitas dari penguasa mu’awiyah.
3.  Latar  belakang  terbentuknya  Bani  Umayyah  yang  tidak  terlepas
dari  konflik-konflik  politik  terutama  antara  kaum  Syi’ah  dan
Khawarij. 

B.  Keadaan Pendidikan Pada Masa Dinasti Umayyah.
Masa pemerintahan dinasti Umayyah berlangsung selama 91 tahun
dengan  14  orang  khalifah.  Selama  masa  pemerintahan  itu,  berbagai
kemajuan telah berhasil dicapai oleh dinasti ini. Salah satunya yaitu dalam
bidang pendidikan. Kalau pada masa nabi dan khulafaurrasyidin perhatian
terpusat  pada  usaha  untuk  memahami  Al-Qur’an dan hadits nabi untuk
memperdalam  pengajaran  aqidah,  akhlak,  ibadah,  muamalah  dan  kisah-kisah  Al-Qur’an, maka sesudah itu perhatian dipusatkan sesuai dengan
kebutuhan  zaman,  tertuju  pada  ilmu-ilmu  yang  diwariskan  oleh  bangsa-bangsa  sebelum  munculnya  islam.
9
  Selain  itu,  ada  dinamika  tersendiri
yang  menjadi  karakteristik  pendidikan  islam  pada  waktu  itu,  yakni
dibukanya  wacana  kalam  yang  berkembang  di  tengah-tengah  masyarakat.
Wacana  kalam  tidak  dapat  dihindari  dari  perbincangan  kesehariannya,
meskipun  wacana  ini  dilatarbelakangi  oleh  faktor-faktor  politis.
                                                            
9
 Musyrifah Sunanto, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:PRENADA MEDIA,2003), 38
6

Perbincangan  ini  kemudian  telah  melahirkan  paradigm  berpikir  secara
mandiri.
10

Periode dinasti Umayyah merupakan masa inkubasi. Pada masa ini
peletakan  dasar-dasar  dari  kemajuan  pendidikan  dimunculkan.  Intelektual
muslim  berkembang  pada  masa  ini. Memberikan  dorongan  yang  kuat
terhadap  dunia  pendidikan  dengan penyediaan  sarana  dan  prasarana.  Hal
tersebut dilakukan agar para  ilmuwan, para seniman, dan para ulama  mau
melakukan  pengembangan  bidang  ilmu  yang  dikuasainya  serta  mampu
melakukan kaderisasi ilmu.
11

Pada  masa  ini,  pola  pendidikan  bersifat  desentralisasi,  tidak
memiliki  tingkatan  dan  standar  umum.  Kajian  keilmuan  yang  ada  pada
periode  ini  berpusat  di  Damaskus, Kuffah,  Mekkah,  Madinah,  Mesir,
Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti Basrah dan Irak, Damsyik dan
Palestina  (Syam),  dan  Fistat  (Mesir).  Diantara  ilmu  yang  dikembangkan
yaitu : kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintanga,  ilmu pasti, sastra,
seni baik itu seni bangunan, seni rupa, maupun seni suara. Jadi, pendidikan
tidak  hanya  terpusat  di  Madinah  seperti  mada  masa  nabi  dan
khulafaurrasyidin,  melainkan  ilmu  telah  mengalami  ekspansi  seiring
dengan ekspansi territorial.
12

Pada  masa  Al-Walid,  ia  mendirikan  sekolah  kedokteran.  Ia
melarang  para  penderita  kusta  meminta-minta  di  jalan,  bahkan  khalifah
menyediakan  dana  khusus  bagi  penderita  kusta.  Pada  masa  ini  sudah  ada
jaminan  social  bagi  anak  yatim  dan  anak  terlantar. Khalifah  Umar  bin
Abdul  Aziz  memerintahkan  para  ulama  secara  resmi  untuk  membukukan
                                                            
10
 Tim 2 C IAIN Sunan Ampel Surabaya, Sejarah Pendidikan Islam, (Surabaya:Cosma 2 C IAIN
Sunan Ampel Surabaya,2012), 42
11
 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:KENCANA PRENADA MEDIA GROUP,
2007), 59
12
 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan…, 60
7

hadits-hadits nabi. Khalifah ini juga bersahabat dengan Ibn Abjar, seorang
dokter  dari  Iskandariyah  yang  kemudian  menjadi  dokter  pribadinya,
sehingga tidak boleh tidak, memengaruhi pandangan khalifah ini terhadap
ilmu  kedokteran  dan  ilmu-ilmu  lain  yang  berasal  dari  Yunani.  Selain  itu,
Khalid  bin  Yazid,  cucu  Muawiyah,  sangat  tertarik  pada  ilmu  kimia  dan
ilmu kedokteran. Ia menyediakan sejumlah harta dan memerintahkan para
sarjana Yunani yang bermukim di Mesir untuk menerjemahkan buku-buku
kimia  dan  kedokteran  ke  dalam  bahasa  Arab.  Usaha  ini  menjadi
terjemahan pertama dalam sejarah.
13

C.  Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pendidikan Pada Masa Dinasti
Umayyah
Visi pendidikan pada masa Bani Umayyah secara eksplisit tidak
dijumpai.  Namun  dari  berbagai  petunjuk  bisa  diketahui  bahwa  visinya
adalah unggul dalam  ilmu agama umum  sejalan dengan kebutuhan zaman
dan masing-masing wilayah islam.
  Adapun misinya, antara lain :
1.  Menyelenggarakan pendidikan agama dan umum secara seimbang.
2.  Melakukan penataan kelembagaan dan aspek-aspek pendidikan islam.
3.  Memberikan  pelayanan  pendidikan  pada  seluruh  wilayah  islam  secara
adil dan merata.
4.   Menjadikan  pendidikan  sebagai  penopang  utama  kemajuan  wilayah
islam.
5.  Memberdayakan  masyarakat  agar  dapat  memecahkan  masalahnya
sesuai dengan kemampuannya sendiri.
                                                            
13
 Musyrifah Sunanto, Sejarah Pendidikan…, 39
8

Adapun  tujuannya  adalah  menghasilkan  sumber  daya  manusia
yang unggul secara  seimbang dalam  ilmu agama  dan umum serta  mampu
menerapkannya bagi kemajuan wilayah islam.
Sedangkan  yang  menjadi  sasarannya  adalah  seluruh  umat  atau
warga  yang  terdapat  di  seluruh  wilayah  kekuasaan  islam,  sebagai  dasar
bagi dirinya dalam membangun masa depan yang lebih baik.
14

D.  Kurikulum pada masa Dinasti Umayah
Kurikulum pendidikan pada dinasti umayah meliputi :
1.  Ilmu  agama  : Al-Quran,hadist  dan  fiqih.  Sejarah mencatat  bahwa  pada
masa khalifah Umar Ibn Abd. Aziz (99-10H) dilakukan proses pembukuan
hadist, sehingga studi hadist mengalami perkembangan yang pesat.
2.  Ilmu sejarah dan geografi : segala ilmu yang membahas tentang perjalanan
hidup, kisah dan riwayat.
3.  Ilmu  pengetahuan  bidang  bahasa  :  segala  ilmu  yang  mempelajari  bahasa
nahwu,sharaf, dan lain-lain.
4.  Filsafat  :  segala  ilmu  yang  pada  umumnya  berasal  dari  bangsa  asing,
seperti  ilmu  mantik,  kimia,  astronomi,  ilmu  hitung  dan  ilmu  yang
berhubungan dengan hal tersebut, serta ilmu kedokteran.
Kurikulum  pelajaran  ini  selanjutnya  diatur  secara  lebih  khusus
paada  setiap  lembaga  pendidikan.  Ntuk  pendidikan  di  istana  misalnya
diajarkan  tentang  Al-Quran,  Al-hadist,  syair-syair  yang  terhornat,  riwayat
para hukama (filsuf),  membaca,  menulis,  berhitung, dan  ilmu-ilmu umum
lainnya.
15



                                                            
14
 Tim 2 C IAIN Sunan Ampel Surabaya, Sejarah Pendidikan…, 43

15
 Abudin Nata, etl,Sejarah Pendidikan…, 134
9

E.  Kelembagaan.
Lembaga-lembaga pendidikan  yang  berkembang  pada zaman Bani
Umayah, selain masjid,kuttab, dan rumah, juga ditambah dengan lembaga
pendidikan sebagai berikut
16
 :
a.  Istana, Pendidikan  di  istana  bukan  saja  mengajarkan  ilmu  pengetahuan
umum,  melainkan  juga  mengajarkan  tentang  kecerdasan  jiwa  dan  raga
anak.
b.  Badiah, Lembaga  badiah  ini  muncul seiring dengan kebijakan pemerintah
Bani  Umayah  untuk  melakukan  program  Arabisasi  yang  digagas  oleh
khalifah  Abul  Malik  Ibn  Marwan.  Secara  harfiah  badiah  artinya  dusun
Badui  di  padang  sahara  yang  di  dalam  terdapat  bahsa  arab  yang  masih
fasih dan murni sesuai dengan kaidah bahasa arab.
c.  Perpustakaan, Perpustakaan  tumbuh  dan  berkembang  seiring  dengan
pertumbuhan  dan  perkembangan  ilmu  pengetahuan  serta  kegiatan
penelitian  dan  penulisan  karya  ilmiah.  Pada  pendidikan  dan  pengajaran
yang  berbasis  penelitian,  perpustakaan  memegang  peranan  yang  sangat
penting.  Ia  menjadi  jantung  sebuah  lembaga  pendidikan.  Perpustakaan
selanjutnya  tidak  hanya  berfungsi  sebagai  tempat  menyimpan  buku,
melainkan juga untuk melakukan belajar mengajar.
d.  Al-Bimaristan ,  Al-Bimaristan  adalah  rumah  sakit  tempat  berobat  dan
merawat  orang  serta  sekaligus  berfungsi  sebagai  tempat  melakukan
magang dan penelitian  bagi calon dokter. Di  masa sekarang al-bimaristan
dikenal  dengan  istilah  teaching  hospital  (rumah  sakit  pendidikan).  Khalid
Ibn  Yazid  cucu  Muawiyah  misalnya  sangat  tertarik  pada  ilmu  kimia  dan
kedokteran.  Melalui  wewenang  yang  ada  padanya,  ia  menyediakan
sejumlah dana dan memerintahkan para sarjana Yunani yang ada di Mesir
untuk  menerjemahkan  buku  kimia  dan  kedokteran  ke  dalam  bahasa
Arab.
17

                                                            
16
 Abudin Nata, etl,Sejarah Pendidikan…, 136
17
 Abudin Nata, etl,Sejarah Pendidikan…,137
10

KESIMPULAN
1.  Masa  Bani  Umayyah  terkenal  sebagai  suatu  era  agresif  dimana
perhatiannya  tertumpu  pada  usaha  perluasan  wilayah  dan  penaklukan.
Banyak  Negara-negara  besar    yang  berhasil  ditaklukkan. Dalam  bidang
politik,  Bani  Umayyah  menyusun  tata  pemerintahan  yang  sama  sekali
baru,  untuk  memenuhi  tuntutan  perkembangan  wilayah  dan administrasi
kenegaraan  yang  semakin  kompleks.  Misalnya  mengangkat  sekertaris-sekertaris  (al-kuttab).  Dan  di  dalam  lapangan  sosial  dan  budaya,  Bani
umayyah  juga  telah  membuka  terjadinya  kontak  antar  bangsa-bangsa
Muslim  (Arab)  dengan  negri-negri  taklukan yang  terkenal  mempunyai
tradisi  yang  luhur  seperti  Persia,  Mesir,  Eropa  dan  sebagainya  sehingga
terjadi  pertukaran  budaya  maupun  kreatifitas  yang  akhirnya  melahirkan
kreatifitas baru dalam bidang seni yang menakjubkan. pada masanya, Bani
Umayyah  banyak  melahirkan  golongan  dan  aliran-aliran  dalam  islam,
seperti Khawarij, Syi’ah, Muktazilah da lain-lain.
2.  Periode  dinasti  Umayyah  merupakan  masa  inkubasi.  Pada  masa  ini
peletakan  dasar-dasar  dari  kemajuan  pendidikan  dimunculkan.  Intelektual
muslim  berkembang  pada  masa  ini.  Memberikan  dorongan  yang  kuat
terhadap  dunia  pendidikan  dengan  penyediaan  sarana  dan  prasarana.  Hal
tersebut dilakukan agar para  ilmuwan, para seniman, dan para ulama  mau
melakukan  pengembangan  bidang  ilmu  yang  dikuasainya  serta  mampu
melakukan kaderisasi  ilmu. pola  pendidikan  bersifat  desentralisasi,  tidak
memiliki  tingkatan  dan  standar  umum.  Kajian  keilmuan  yang  ada  pada
periode  ini  berpusat  di  Damaskus,  Kuffah,  Mekkah,  Madinah,  Mesir,
Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti Basrah dan Irak, Damsyik dan
Palestina (Syam), dan Fistat (Mesir). 
3.  Visi pendidikan pada masa Bani Umayyah secara eksplisit tidak dijumpai.
Namun dari berbagai petunjuk bisa diketahui bahwa visinya adalah unggul
dalam  ilmu  agama  umum  sejalan  dengan  kebutuhan  zaman  dan  masing-
11

masing  wilayah  islam. Adapun  misinya,  antara  lain  : Menyelenggarakan
pendidikan  agama  dan  umum  secara  seimbang, Melakukan  penataan
kelembagaan  dan  aspek-aspek  pendidikan  islam, Memberikan  pelayanan
pendidikan pada seluruh wilayah islam secara adil dan merata, Menjadikan
pendidikan  sebagai  penopang  utama  kemajuan  wilayah  islam,
Memberdayakan  masyarakat  agar  dapat  memecahkan  masalahnya  sesuai
dengan  kemampuannya  sendiri. Adapun  tujuannya  adalah  menghasilkan
sumber daya manusia yang unggul secara seimbang dalam ilmu agama dan
umum  serta  mampu  menerapkannya  bagi  kemajuan  wilayah  islam.
Sedangkan yang menjadi sasarannya adalah seluruh umat atau warga yang
terdapat di seluruh wilayah kekuasaan islam.
5.  Kurikulum  pendidikan  pada  dinasti  umayah  meliputi  : Ilmu Agama, Ilmu
sejarah  dan  geografi, Ilmu  pengetahuan  bidang  bahasa, Filsafat  :  segala
ilmu  yang  pada  umumnya  berasal  dari  bangsa  asing,  seperti  ilmu  mantik,
kimia,  astronomi,  ilmu  hitung  dan  ilmu  yang  berhubungan  dengan  hal
tersebut, serta ilmu kedokteran.
6.  Lembaga-lembaga  pendidikan  yang  berkembang  pada  zaman  Bani
Umayah, selain masjid,kuttab, dan rumah, juga ditambah dengan lembaga
pendidikan yakni: Istana, Badiah, Perpustakaan, dan al-Bimaristan.






12

DAFTAR PUSTAKA
Adonis, 2007. Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab Islam, Yogyakarta: LKIS
Mufrodi,  Ali. 1997. Islam Di Kawasan  Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos. 
Nata  Abudin,  etl,  2011. Sejarah  Pendidikan  Islam, Jakarta:  Kencana  Prenada
Media Group
Nizar, Samsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam.. Jakarta:KENCANA PRENADA
MEDIA GROUP.
Sunanto,  Musyrifah.  2003.  Sejarah  Pendidikan  Islam.  Jakarta:PRENADA
MEDIA
Tim  2  C  IAIN  Sunan  Ampel  Surabaya.  2012. Sejarah  Pendidikan  Islam.
Surabaya:Cosma 2 C IAIN Sunan Ampel  Surabaya.
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.

Kisah Inspiratif


Aku Terpaksa Menikahinya.....

Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!


Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

http://bundaiin.blogdetik.com/2011/10/07/kisah-inspirasi-untuk-para-istri-dan-suami/